Kamis, 25 November 2010

SYUKUR NIKMAT

Bismillahirrahmaanirrahiim...
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri ; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.".. (QS. Luqman:12)..
SubhanALLAH,, dalam FirmanNYA di atas ALLAH sudah menjelaskan,, ketika kita tidak bersyukur,, sesungguhnya ALLAH Maha kaya lagi Maha Terpuji.. mungkin secara kasarannya,, tanpa kita bersyukurpun tidak menjadikan ALLAH menjadi kurang.. namun subhanALLAH bahasa ayat2 cintaNYA begitu lembut menegur kita... begitu lembut dan halus cara ALLAH menegur kita lewat FirmanNYA..^^.. Tanpa sengaja seolah menampar kita ketika kita tidak bersyukur atas segala nikmatNYA krn saat kita tidak bersyukurpun tak menjadikan ALAH kurang. Karena sesungguhnya apapun yang kita kerjakan maka tidak akan mepengaruhi kedudukan Allah. Kita bersyukur manfaatnya tidak kembali kepada Allah, ingkar (kufur) juga mudhorotnya tidak kembali kepada Allah, melainkan kepada kita sendiri.
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.” (Al Isra’: 7)
bahkan mungkin kita yg akan mendapatkan AzabNYA.. entah itu dg di cabutnya nikmat yg kita peroleh,, atau di sukarkannya segala urusan kita,, seperti dalam firmanNYA jg.. hmm Nudzubillah tsumma Naudzubillah..
Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan-Mu memaklumkan : ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu ingkar maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS. Ibrahim : 7)...
Melihat Firman ALLAH dalam QS. Ibrahim ayat 7 tersebut.. hmmmmm,,,, sekali lagi,, begitulah Teguran ALLAH untuk kita.. sudahkah kita mentadabburi FirmanNYA?? Tak hanya tentang kesyukuran tapi juga masih banyak lagi..^^.. Ataukah kita hanya membaca Al-Qur’annya saja tanpa mentadabburinya? Atau bahkan kita hanya menjadikan Al-Qur’an sebagai pajangan di almari-almari kita?? Sehingga saat kita akan memakai Al-Qur’an tersebut,, al-qur’an sudah di selimuti oleh debu2 yang menempel di atasnya.. hmm,, ironis.. semoga kita termasuk golongan yang dekat dengan Al-Qur’an.. *amiin..^^...
sedikit saya mencoba mengupas tentang apa arti syukur dan nikmat itu sendiri tentunya dengan mengambil dari berbagai sumber,, selain itu beberapa kisah yang semoga bisa menginspirasi..^^
syukur dan nikmat berasal dari bahasa Arab. Kata syukur berterimakasih, sedangkan kata nikmat artinya Pemberian, Anugrah, Enak, Lezat. Mensyukuri nikmat Allah SWT, maksudnya berterima kasih kepada-Nya dengan cara mengingat atau menyebut nikmat dan mengagungkan-Nya.
”Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya tidaklah dapat kamu menghitungnya” (QS. Ibrahim : 34)
Karena itu, tepatlah jika Allah SWT, mewajibkan kepada setiap individu manusia untuk bersyukur kepada-Nya, Allah berfirman :
“Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepada-Mu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku (QS. Al- Baqarah :152).”...
Hakikat syukur adalah "menampakkan nikmat," dan hakikat kekufuran adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara lain berarti menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lidah:
“ Adapun terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau menyebut-nyebut (QS Adh-Dhuha : ll).”
Nabi Muhammad Saw. pun bersabda :
“Allah senang melihat bekas (bukti) nikmat-Nya dalam penampilan hamba-Nya (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi).”
Adapun cara mensyukuri nikmat Allah SWT secara umum, ialah dengan menggunakan segala nikmat Allah. Untuk hal-hal yang diridhoi-Nya, yakni untuk melakukan usaha-usaha agar memperoleh kebahagiaan hidup di dunia yang fana dan akhirat yang baqa kelak. Seorang pegawai memperoleh anugrah Allah berupa kesehatan, kemampuan, dan kesempatan dianggap telah mensyukuri nikmat Allah apabila dia bersungguh-sungguh dan niat ikhlas untuk beribadah kepada Allah, disiplin dalam beribadah dan beramal saleh, membiasakan diri dengan akhlak yang terpuji dan senantiasa memelihara diri untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan dosa, pegawai yang mensyukuri nikmat Allah SWT dengan cara seperti tersebut, sudah tentu akan memperoleh banyak hikmah antara lain naik pangkat yang sesuai dengan ketentuan dan jadwal yang ditentukan, akan bertambah-tambah rizkinya dan disenangi oleh rekan-rekan kerja. Seperti pada firman di atas tadi QS. Ibrahim : 7
Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan-Mu memaklumkan : ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu ingkar maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS. Ibrahim : 7)..

Sedikit saya tambahkan kisah atau perumpamaan tentang seseorang yang mensyukuri nikmat ALLAH dan yang kufur akan nikmat ALLAH tersebut.. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam pernah menceritakan (artinya): “Ada tiga orang dari Bani Israil menderita penyakit belang, botak, dan buta. Allah hendak menguji mereka, maka Allah pun utus kepada mereka Malaikat. Malaikat itu datang kepada si belang dan bertanya: Apakah yang paling kamu dambakan? Si belang menjawab: Saya mendambakan paras yang tampan dan kulit yang bagus serta hilang penyakit yang menjadikan orang-orang jijik kepadaku. Malaikat itu pun mengusap si belang, maka hilanglah penyakit yang menjijikkannya itu, bahkan ia diberi paras yang tampan. Malaikat itu bertanya lagi: Harta apakah yang paling kamu senangi? Si belang menjawab: Unta. Kemudian ia diberi unta yang bunting sepuluh bulan. Dan malaikat tadi berkata: Semoga Allah memberi barakah atas apa yang kamu dapatkan ini. Kemudian Malaikat itu datang kepada si botak dan bertanya: Apakah yang paling kamu dambakan? Si botak menjawab: Saya mendambakan rambut yang bagus dan hilangnya penyakit yang menjadikan orang-orang jijik kepadaku ini. Malaikat itu pun mengusap si botak, maka hilanglah penyakitnya itu, serta diberilah ia rambut yang bagus. Malaikat itu bertanya lagi: Harta apakah yang paling kamu senangi? Si botak menjawab: Sapi. Kemudian ia diberi sapi yang bunting. Dan malaikat tadi berkata: Semoga Allah memberi barakah atas apa yang kamu dapatkan ini. Kemudian Malaikat itu datang kepada si buta dan bertanya: Apakah yang paling kamu dambakan? Si buta menjawab: Saya mendambakan agar Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat. Malaikat itu pun mengusap si buta, dan Allah mengembalikan penglihatannya. Malaikat itu bertanya lagi: Harta apakah yang paling kamu senangi? Si buta menjawab: Kambing. Kemudian ia diberi kambing yang bunting. Selang beberapa waktu kemudian, unta, sapi, dan kambing tersebut berkembang biak yang akhirnya si belang tadi memiliki unta yang memenuhi suatu lembah, demikian juga dengan si botak dan si buta, masing-masing memiliki sapi dan kambing yang memenuhi suatu lembah. Kemudian Malaikat tadi datang kepada si belang dengan menyerupai orang yang berpenyakit belang seperti keadaan si belang waktu itu, dan berkata: Saya adalah orang miskin yang kehabisan bekal di tengah perjalanan. Sampai hari ini tidak ada yang mau memberi pertolongan kecuali Allah kemudian engkau. Saya meminta kepadamu -dengan menyebut Dzat Yang telah memberi engkau paras yang tampan dan kulit yang bagus serta harta kekayaan- seekor unta untuk bekal dalam perjalanan saya. Si belang berkata: Hak-hak yang harus saya berikan masih banyak. Malaikat itu berkata: Kalau tidak salah saya sudah mengenalimu. Bukankah kamu dahulu orang yang berpenyakit belang sehingga orang lain merasa jijik kepadamu? Bukankah kamu dahulu orang yang miskin kemudian Allah memberi kekayaan kepadamu? Si belang berkata: Harta kekayaanku ini adalah warisan dari nenek moyangku. Malaikat itu berkata: Jika kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu seperti keadaan semula. Kemudian Malaikat itu datang kepada si botak seperti keadaan si botak waktu itu. Dan berkata kepadanya seperti apa yang dikatakan kepada si belang. Si botak juga menjawab seperti jawaban si belang tadi. Kemudian Malaikat tadi berkata: Jika kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu seperti keadaan semula. Kemudian Malaikat tadi mendatangi si buta dengan menyerupai orang buta seperti keadaan si buta waktu itu dan berkata: Saya adalah orang miskin yang kehabisan bekal di tengah perjalanan. Sampai hari ini tidak ada yang mau memberi pertolongan kecuali Allah kemudian engkau. Saya meminta kepadamu -dengan menyebut Dzat Yang telah mengembalikan penglihatanmu- seekor kambing untuk bekal dalam perjalanan saya. Si buta berkata: Saya dahulu adalah orang yang buta kemudian Allah mengembalikan penglihatan saya. Maka ambillah apa yang kamu inginkan dan tinggalkanlah apa yang tidak kamu senangi. Demi Allah, sekarang saya tidak akan memberatkan sesuatu kepadamu yang kamu ambil karena Allah Yang Maha Mulia. Malaikat itu berkata: Peliharalah harta kekayaanmu, sebenarnya kamu itu diuji dan Allah telah ridha kepadamu dan murka kepada kedua temanmu (si belang dan si botak).” (HR. Al Bukhari dan Muslim, hadits ini juga disebutkan oleh Al Imam An Nawawi dalam Riyadhush Shalihin hadits no. 65).....................
Begitulah perumpamaan orang-orang yang mensyukuri nikmat ALLAH dan yang kufur terhadap nikmat ALLAH.. dengan seketika ALLAH menambah dan Meridhoi nikmat yang telah di berikan pada si buta.. dan seketika pula ALLAH mencabut nikmat yang telah di berikan pada si botak dan si belang atas kekufuran yang telah dilakukan oleh keduanya(Si botak dan si belang).. Sesuai firmanNYA yang sudah berkali-kali saya tuliskan yaitu:
“Jika kalian bersyukur, pasti Aku (Allah) akan tambah (kenikmatan) untuk kalian, dan jika kalian ingkar, sesunggahnya adzab-Ku sangatlah pedih.” (Ibrahim: 7).
Sering juga mungkin kita mendengar kisah Qarun yang mendasari adanya sebutan Harta Qarun..^^v...
Ingatkah anda akan perkataan Qarun yang diabadikan di dalam Al Qur’an (artinya):
“Sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.” (Al Qashash: 78)
Apa yang terjadi kemudian? Allah subhanahu wata’ala tenggelamkan dia beserta hartanya ke perut bumi. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
“Maka Kami membenamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi.” (Al Qashash: 81)
Maha Suci Engkau ya Rabb,,,^^...
Bukankah pada sebagian harta yang kita miliki terdapat harta orang lain?? Itulah sebabnya kita harus bersyukur dan mensedekahkan sebagian harta yang kita miliki..
Hadits tersebut juga menunjukkan kepada kita tentang anjuran untuk bershadaqah. Tidaklah harta itu berkurang karena shadaqah, dan tidaklah orang kaya itu menjadi miskin karena dia rajin bershadaqah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta.” (HR. Muslim)
Justru dengan bershadaqah, harta seseorang akan semakin bertambah, barakahnya maupun jumlah harta itu sendiri. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
“Dan apa saja yang kamu infakkan, maka Dia (Allah) akan menggantinya dan Dialah sebaik-baik pemberi rizki.” (Saba’: 39).
Sifat kikir yang ditunjukkan oleh si belang dan si botak tersebut justru berakibat buruk bagi diri mereka sendiri. Allah subhanahu wata’ala murka kepada mereka. Orang-orang seperti inilah yang Allah subhanahu wata’ala nyatakan dalam Al Qur’an (artinya):
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. (Yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh orang untuk berbuat kikir dan menyembunyikan karunia Allah yang diberikan kepada mereka.” (An Nisa’: 36-37)
Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya dijalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka dengan adzab yang pedih.” (At Taubah: 34)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Dan hati-hatilah kalian dari kikir, karena kekikiran itu telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.” (HR. Muslim)
Ingat kawand ketika kita di beri musibah oleh ALLAH apapun itu.. jatuh, kehilangan atau apapun Bisa jadi ujian tersebut bukan hanya sekedar ketidak hati2an kita saja. Akan tetapi karena mungkin kita lupa untuk bersedekah (menyedekahkan sebagian harta yang kita miliki untuk orang lain yang membutuhkan..) atau mungkin juga beberapa waktu sebelum terkena musibah tersebut kita banyak melakukan maksiat, sehingga ALLAH menegur kita lewat ujian tersebut untuk lebih mendekatkan diri kepada ALLAH, bukan malah menjauhkan diri ini pada Sang Khalik. Karena niscaya-nya ujian adalah untuk mendekatkan kita kepada ALLAH SWT... Atau tak hanya musibah, bahkan nikmat sekalipun akan menjadi ujian manakala kita tidak dapat menggunakannya dengan baik.. mensyukurinya dengan baik pula.. seperti dalam firmanNYA.
“Ini adalah sebagian anugerah Tuhan-Ku, untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau kufur (QS An-Naml [27]: 40)”.

*Dalam QS. Ar-Rahman,, ALLAH pun mengulang-ulang sebanyak 31 kali kalimat :
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Semoga kita senantiasa dapat memuhasabahi diri ini setiap harinya.. dengan begitu menyadarkan kita untuk selalu dekat dengan ALLAH dan dimudahkannya seseorang pada pintu Rezekinya ketika kita mampu mensyukuri NikmatNYA..^^..
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah lah (datangnya).” (An Nahl: 53)
Wallahu’alam.^^.

Jumat, 05 November 2010

Perbanyaklah Minum Air,, atau??

Tidak kurang dari 80% tubuh manusia terdiri dari air. Bahkan beberapa bagian tubuh manusia ada yang memiliki kadar air diatas 80%. Otak dan darah adalah dua organ penting dengan kadar air melebihi 80%. Otak memiliki komponen air sebanyak 90%, sementara darah memiliki komponen air 95%.

Manusia normal disarankan mengkonsumsi air sedikitnya 8 gelas atau 2 liter perhari. Jumlah tersebut masih harus ditambah bila anda seorang perokok. Air sebanyak 2 liter itu diperlukan untuk mengganti setiap cairan yang keluar dari tubuh manusia lewat air seni, keringat, pernapasan, dan sekresi.

Meminum air sebanyak 2 liter atau 8 gelas sehari nampak sebagai pekerjaan 'sepele'. Namun seringkali sikap menggampangkan itu yang kemudian menyebabkan kita lalai memenuhi kebutuhan tubuh akan air. Tentu Anda tidak akan pernah membayangkan kengerian yang terjadi jika tubuh sering kekurangan air.

Jika air yang kita konsumsi kurang dari jumlah yang disarankan diatas, tentu tubuh akan menyeimbangkan diri dengan jalan 'menyedot' air dari komponen tubuh yang lain yang merupakan sumber air yang terdekat, darah.

Darah yang disedot airnya, akan menjadi kental. Akibat pengentalan darah ini, maka perjalanannya ke seluruh tubuh akan kurang lancar jika dibandingkan dengan darah yang encer. Saat melewati ginjal (tempat menyaring racun dari darah), ginjal akan bekerja extra keras dalam menyaring darah. Dan karena saringan dalam ginjal begitu halus, tidak jarang darah yang kental-karena komponen airnya tersedot- bisa menyebabkan perobekan pada glomerulus ginjal. Akibatnya, air seni akan berwarna kemerahan, tanda mulai bocornya saringan ginjal.

Bila dibiarkan terus menerus, mungkin suatu saat anda harus menghabiskan biaya sebesar empat ratus ribu rupiah perminggu untuk cuci darah.

Selain itu, saat darah yang kental itu mengalir lewat otak, perjalanannya agak terhambat. Akibatnya, otak pun tidak lagi "encer". Dan karena sel-sel otak adalah yang paling boros dalam mengkonsumsi makanan dan oksigen, lambatnya aliran darah ini bisa menyebabkan sel-sel otak cepat mati atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Bila kondisi ini masih harus ditambah dengan penyakit jantung (fungsi jantung sebagai pemompa darah akan bertambah berat bila darah mengental), maka serangan stroke bisa lebih cepat datang.


Jadi, mulailah banyak minum air putih^^.

Kamis, 04 November 2010

NEGERI QUR'AN..^^

Suatu senja di Kairo. Saat-saat kelelahan menyelimuti para penumpang kereta bawah tanah jurusan Helwan. Ada pekerja kantoran dengan masih menggunakan setelan jas rapi, ada mahasiswa yang berpenampilan trendi, lelaki tua dengan tas lusuhnya dan beberapa wanita setengah baya bersama anak-anaknya. Serta masih banyak lagi orang-orang yang tidak bisa saya sebut satu persatu memenuhi gerbong kereta.

Saya harus menyelesaikan tugas mengajar privat di selatan Kairo hari itu. Perjalanan sekitar tiga puluh menit dari statsiun Demerdash, Abbasea. Pikiran saya tidak tenang, masih berkecamuk semenjak siang tadi. Kata teman-teman satu Fakultas ujian bisa jadi dimajukan dari biasanya. Terbayang oleh saya hafalan delapan Juz Al-Qur’an sudah menunggu. Ah, jika saja dulu di Indonesia sudah hafal banyak Al-Qur’an rasanya tidak usah pusing memikirkannya lagi, tinggal mengulang dan mendalami. Tidak seperti sekarang, terburu-buru menghafal karena ujian sudah dekat. Padahal dosen di kuliah berulang kali mengingatkan jangan menghafal Qur’an karena ujian, hafalkan ayat-ayat Qur’an karena ia kitabmu.

Diam-diam saya mengeluarkan mushaf kecil, membaca sisa bacaan yang belum selesai. Di depan saya berdiri, nampak anak muda berpakaian trendi sedang membaca kumpulan surat-surat pilihan dalam Al-Qur’an yang disebut Sab’ul Munjiyat. Tidak lama ia berdiri meninggalkan tempat duduknya, bersamaan dengan henti roda-roda baja kereta. Saya pun menempati kursi kosong bekas pemuda tadi.

Wajah-wajah dalam gerbong itu nampak lelah. Tetapi saya sedikit menemukan kesejukan, beberapa orang dalam gerbong itu membaca Al-Qur’an. Lelaki tua berambut putih yang duduk di samping saya juga mengeluarkan mushaf besar dari dalam tas lusuhnya. Memang terlihat ganjil, namun ia berusaha menyesuaikan dengan kondisi matanya yang (mungkin) sudah rabun.

Masyarakat Mesir cukup religius dalam keseharian mereka, utamanya dalam interaksi mereka dengan Al-Qur’an di tengah arus globalisasi dan invasi budaya Barat yang merajalela di negeri-negeri Muslim. Polisi, tentara dan satpam yang sedang jaga tak segan membaca Al-Qur’an. Saat pergi ke pertokoan Khan Khalili di kawasan Husein saya pun beberapa kali menyaksikan pemandangan yang membuat gairah keimanan menyala, beberapa penjaga toko Khan Khalili membaca Al-Qur’an sambil menunggu pembeli yang mayoritas turis Asing. Dan saat kami pergi ke kuliah, dalam bis-bis kota yang sesak beberapa orang Mesir membaca dan mengulang hafalan Qur’an-nya.

Pernah satu waktu sepulang dari perjalanan yang sama, saya ditegur seorang pemuda yang sedang mengulang hafalan Qur’an-nya.
“Apakah kamu membawa mushaf?”
“Ya” Jawab saya. “Mengapa kamu tidak membacanya?” katanya lagi.
“Saya tidak punya wudlu.”
“Apa salahnya mengulang hafalan Qur’an? Saya juga tidak punya wudlu!” saya
mengangguk dan membenarkan nasihatnya.
Beberapa waktu lalu, adik kelas saya satu sekolah dulu bertanya, “Bagaimana cara
menghafal Qur’an yang efektif?”
Saya tidak punya jawaban yang betul-betul saya tahu, hanya saja saya sarankan untuk
terus menghafal dan banyak mengulang. Usahakan baca Qur’an di mana pun ada kesempatan seperti masyarakat Mesir melakukannya. Ia kemudian menjawab, bahwa untuk membaca Qur’an di setiap kesempatan terasa sulit jika diterapkan di kota seperti Jakarta. Saya tidak tahu pasti apakah memang benar di Jakarta susah untuk melakukannya? Karena masyarakat yang tadi saya ceritakan di atas ada di Kairo yang nota bene ibu kota Mesir.

Setidaknya satu hal yang diharap para pembaca Qur’an itu: keberkahan. Keberhakan dalam segala hal, bukan hanya dari sisi materi, jauh dari itu keberkahan di Hari Pengadilan seluruh manusia. Karena kata Nabi SAW, “Bacalah Qur’an. Karena ia akan menjadi pemberi syafa’at kepada para pembacanya.” Dan keberkahan itu sendiri telah dijanjikan Allah dalam kitab-Nya ini, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Q.S. Shaad: 29)
Penulis buku ‘Fî Dzilâlil Qurân’ (Di Bawah Naungan Qur’an) Sayyid Qutb, mengungkapkan kekagumannya kepada Al-Qur’an setelah lama ia bergelut dengan berbagai pemikiran Materealis, “Wajadtu-l Qur’an” (Kutemukan Al-Qur’an) katanya. Semenjak itu ia pun konsen mempelajari Al-Qur’an sampai ia menemui syahid di tiang gantungan, setelah merampungkan karya monumentalnya: Fî Dzilâlil Qur’ân.

Inilah sedikit gambaran dari sebuah Negeri Qur’an bernama Mesir. ‘Negeri Qur’an’ hanyalah sebuah nama yang terlintas di benak saya. Ia bukanlah negeri yang selalu identik dengan tanah Arab, bukan itu yang saya maksud. Negeri Qur’an ialah negeri yang masyarakat Muslimnya dekat dengan Al-Qur’an apapun bahasa nasionalnya. Negeri yang mencintai Al-Qur’an sebagaimana mereka menyintai Allah pemilik kitab-Nya. Negeri itu mungkin saja negeri kita tercinta: Indonesia.
Yang harus selalu kita pertanyakan, “Apakah kita termasuk orang-orang yang gemar membaca Al-Qur’an?” dan “Apakah kita masih mengharapkan syafa’at dari Al-Qur’an?” karena, ia (Al-Qur’an) datang sebagai pemberi syafa’at bagi para pembacanya. Wallahu ‘alam